Do’a Rasulullah untuk Kesembuhan Sakit



رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِيْ فِي السَّمَاءِ، تَقَدَّسَ اسْمُكَ. أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. كَمَا رَحْمَتُكَ فِي السَّمَاءِ، فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِي الْأَرْضِ. اغْفِرْ لَنَا حُوْبَنَا وَخَطَايَانَا. أَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِينَ، أَنْزِلْ رَحْمَةً مِنْ رَحْمَتِكَ، وَشِفَاءً مِنْ شِفَائِكَ عَلَى هَذَا الْوَجَعِ.

 

(Robbanalloohul ladzii fis samaa, taqodasasmuk. Amruka fis samaai wal ardh. Kamaa rohmatuka fis samaa’, faj’al rohmataka fil ardh. Ighfir lanaa huubanaa wa khothooyaanaa. Anta robbut thoyyibiin, anzil rohmatan min rohmatik, wa syifaa-an min syifaa-ika ‘alaa haadzal waja’)

 

“Wahai Tuhan kami, Allah yang berada di langit. Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu di langit dan di bumi. Sebagaimana rahmat-Mu ada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu di bumi juga. Ampunilah dosa dan kesalahan kami. Engkau Pemelihara orang-orang yang baik, maka turunkanlah sebagian dari rahmat-Mu, dan turnkanlah sebagaian dari kesembuhan-Mu atas penyakit ini”

 

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ –رضي الله عنه- قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُوْلُ: مَنِ اشْتَكَى مِنْكُمْ شَيْئًا، أَوِ اشْتَكَاهُ أَخٌ لَهُ، فَلْيَقُلْ: رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِيْ فِي السَّمَاءِ، تَقَدَّسَ اسْمُكَ. أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. كَمَا رَحْمَتُكَ فِي السَّمَاءِ، فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِي الْأَرْضِ. اغْفِرْ لَنَا حُوْبَنَا وَخَطَايَانَا. أَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِينَ، أَنْزِلْ رَحْمَةً مِنْ رَحْمَتِكَ، وَشِفَاءً مِنْ شِفَائِكَ عَلَى هَذَا الْوَجَعِ. فَيَبْرَأَ. (رواه أبو داود)

 

Abu Darda’ berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Apabila di antara kalian merasa sakit, atau didatangi saudaranya yang merasa sakit, maka berdo’alah; ‘Wahai Tuhan kami, Allah yang berada di langit. Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu di langit dan di bumi. Sebagaimana rahmat-Mu ada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu di bumi juga. Ampunilah dosa dan kesalahan kami. Engkau Pemelihara orang-orang yang baik, maka turunkanlah sebagian dari rahmat-Mu, dan turnkanlah sebagaian dari kesembuhan-Mu atas penyakit ini’, niscaya ia akan sembuh’.” (HR. Abu Daud, no. 3394). 

Mengobati dengan Bisikan-Bisikan Jin

Sulis dengan “kelebihannya” bisa mengobati orang dengan hanya sekedar menjalankan bisikan dalam hatinya atau bisa menebak pencuri dengan foto, hanya sebuah kasus. Tetapi kasus ini sebenarnya mewakili banyak orang di negeri ini.

Kemampuan yang dimiliki Sulis oleh kebanyakan masyarakat kita dimaknai sebagai anugerah dari tuhan, dianggap orang yang linuwih. Intinya, manusia pilihan yang dipilih dari sekian banyak manusia. Itulah sebabnya masyarakat kita merasa biasa saja mendatangi orang seperti Sulis untuk menyelesaikan masalahnya. Apalagi jika orang sedang panik, kehilangan benda berharga umpanya. Dengan tergopoh-gopoh, biasanya mencari orang pintar agar bisa mengetahui pencurinya dengan harapan barangnya bisa kembali. Atau orang yang sudah didera penyakit yang tak kunjung sembuh dengan berbagai obat kedokteran dan ramuan tradisional. Orang pintar seperti Sulis seringkali menjadi ujung dari pengharapan untuk sembuh.

Ternyata, kelebihan yang dimiliki Sulis berasal dari jin. Sehingga masalahnya menjadi sangat terang. Terang bagi siapa saja yang merasa bisa mengobati dengan bisikan-bisikan, bahwa itu usaha jin untuk menyesatkan manusia. Dan terang bagi mereka yang datang untuk meminta bantuan kepada orang seperti itu, karena meminta bantuan kepada jin adalah kesesatan.  

Tetapi banyak yang tidak tahu bahwa itu adalah bisikan jin. Yang lebih parah lagi kesesatan itu dianggap sebagai karamah. Ini juga yang dirasakan oleh Sulis. Pada awalnya, dia pun merasa bahwa semua kelebihan itu dianggap biasa. Kalaupun terjadi dialog dalam hatinya, dia masih memberikan peluang untuk masuknya kelebihan itu ke dalam bagian dari karamah.

Wajar, karena beda antara karamah dan kelebihan dari jin tipis saja. Keduanya sama-sama kelebihan. Kelebihan yang dimiliki bisa jadi sama persis. Tetapi ada ciri jelas untuk mengetahui apakah bisikan itu adalah jin atau karamah. Karamah tidak bisa diulang-ulang sesuai dengan kemauan dari pemiliknya. Karena karamah itu murni hadiah dari Allah. Jadi, kalau ada orang yang selalu bisa menolong dengan bisikannya kepada setiap orang yang datang maka itu adalah sihir. 

Tobatnya Sang Intelejen

 

Suraqah bin Malik Al-Madlaji

Suatu pagi di kota Makkah. Para pembesar Quraisy hampir serentak bangun dari tidurnya. Mereka bangun sambil marah-marah dan saling menyalahkan. Betapa tidak, Muhammad buronan mereka yang semalaman diintai dan diincar, lolos dari kepungan. Padahal mereka tinggal menunggu saat yang tepat untuk melakukan pembunuhan yang sudah terencana dengan sangat rapih.

Merekapun seperti kebakaran jenggot melihat gagalnya rencana besar mereka. Serta merta mereka mendatangi kediaman Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menjadi shahabat terdekat Muhammad, namun yang didapati hanya Asma’ putri Abu Bakar. Mendengar jawaban ketidaktahuan keberadaan Abu Bakar dan Muhamad, Asma pun mendapat tamparan keras dipipinya. Selanjutnya para kafir Quraisy ini sepakat melakukan pengejaran yang mereka yakini bahwa buronan mereka pasti belum jauh kaburnya.

Dengan pengalaman dan pengenalan medan yang sempurna mereka atur strategi pengejaran sehingga hampir dipastikan tidak ada tempat yang luput dari pencarian mereka. Dengan amarah yang sudah sampai ubun-ubun mereka pacu kuda-kuda mereka, tekad mereka bulat menangkap Muhammad hidup atau mati.

Ketika para pengejar ini tiba di sekitar Gua Tsur, mereka berhenti dan ingin memeriksa wilayah itu dengan seksama. Mereka yakin bahwa Muhammad tidak akan sampai lebih jauh dari wilayah ini. Mereka pun menyebar dan menyisir wilayah itu.

Sementara itu Muhammad bersama shahabat setianya tengah bersembunyi di dalam Gua Tsur. Tampak Muhammad dengan tenang istirahat tidur di pangkuan Abu Bakar karena kelelahan. sedangkan Abu Bakar tampak khawatir, kaki-kaki para pencari jejak tampak jelas lalu lalang di mulut gua. tidak terasa air matanya mengalir dan menetes jatuh di muka Rasulullah. Rasulullah pun terbangun dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Bakar?”.

“Demi Allah, bukannya saya khawatir akan jiwa saya. Namun bagaimana jika hal ini terjadi pada Anda. Seandainya mereka menengok di tempat kaki mereka berpijak niscaya mereka akan melihat kita.” jawab Abu Bakar.

“Jangan takut, wahai abu Bakar. Sesungguhnya Allah bersama kita.” kata Nabi menenangkan hati shahabatnya. Allah pun menenangkan hati Abu Bakar.

Adapun para pencari jejak merasa putus asa setelah sekian lama mencari namun hasilnya nihil. Abu Jahal yang turut dalam rombongan itu berkata,”Demi Lata dan Uzza, saya yakin Muhammad ada di sekitar kita dan mendengar suara kita, tapi sihir Muhammad menahan penglihatan kita.”

Mereka akhirnya kembali dengan tangan hampa. Namun usaha mereka tidak berhenti sampai di situ. Mereka mengumumkan semacam sayembara dengan hadiah seratus ekor unta betina bagi mereka yang berhasil menangkap Nabi Muhammad hidup atau mati.

INFO PENTING