Imam Ahmad meruqyah dengan air


Air adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia, binatang dan tumbuhan. Banyak manusia yang kuat bertahan hidup cukup lama tanpa mengkonsumsi makanan, tapi kalau disuruh hidup tanpa air mereka pasti enggan, dan tak akan bisa bertahan lama. Maha benar firman Allah, “Dan telah kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup”.

Dalam dunia ruqyah, air juga bisa dijadikan media untuk pengobatan. Adapun  caranya adalah, ambillah segelas atau semangkok air lalu dekatkanlah ke bibir, kemudian bacalah ayat atau doa ruqyah. Bisa juga dengan membaca ayat dan doa ruqyah terlebih dahulu, lalu ditiupkan ke air. Kemudian diminumkan ke si pasien, atau dibasuhkan ke muka dan kedua tangannya, atau juga dipakai untuk mandi.

Anaknya Imam Ahmad bin Hanbal yang bernama Abdullah pernah bercerita, bahwa dia melihat bapaknya membaca ayat dan doa ruqyah ke air, lalu meminumnya dan mengguyurkan ke badannya sendiri.

Saat meruqyah orang lain, beliau juga pernah menggunakan cara tersebut. Ketika anaknya yang bernama Shalih lagi sakit, Imam Ahmad bin Hanbal mengambil mangkok besar yang berisi air, lalu beliau membaca ayat dan doa ruqyah ke air tersebut. Setelah itu dia (shalih) diperintahkan untuk meminumnya serta membasuh wajah dan tangannya  dengan air tersebut, alhamdulillah dengan ijin Allah penyakitnya sembuh. (Al-Adab Asy-Sar’iyyah: 2/ 441).


Saya kelabuhi pasien dengan Energi baterai


perdukunan penuh dengan kebohongan? Itulah pengalaman hidup yang dijalani Ipon, seorang dukun yang kini telah bertaubat. Dengan berbagai trik, ia mengelabui pasien dan murid-muridnya. Apa yang dilakukan Ipon bisa jadi dilakukan oleh dukun-dukun yang lain. Karena itu, waspadalah dan jangan hiraukan mereka. Bila tidak ingin dikelabuhi. Ipon menuturkan kisah masa lalunya kepada Majalah Ghaib di Cirebon.

Saya terlahir sebagai manusia biasa dengan bakat melukis. Satu hal yang telah saya geluti sejak remaja. Aktifitas ini menuntut sebuah kemampuan lebih karena mobilitas saya yang terbilang tinggi, berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menggelar pameran atau sekadar menggali ide. Dari sini, mulai terbetik sebuah ide untuk belajar ilmu kesaktian.

Saya ingin memiliki kemampuan lebih, memiliki sesuatu yang bisa saya banggakan di depan teman-teman. Cita-cita itulah yang mengantarkan saya untuk belajar ilmu kebal. Kebetulan, ada orang pintar yang cukup terkenal di tempat saya. Sebut saja namanya Ki Lintar. Kepadanyalah saya menggantungkan harapan.

Untuk menguasai ilmu kebal saya menjalankan puasa mutih 40 hari. Di hari yang keempat puluh, saya hanya minum seteguk air putih. Keesokan harinya saya diuji langsung oleh Ki Lintar. Pagi itu, hanya kami berdua di ruangan perguruannya. Saya melakukan sedikit pemanasan, sementara Ki Lintar telah siap dengan sebongkah batu bata di tangan. Setelah dirasa cukup Ki Lintar melangkah mendekat. Batu bata itu pun hancur terbentur kepala saya. Tidak ada luka. Tidak ada darah.

Untuk sementara, saya berhasil menjadi orang sakti seperti yang saya inginkan. Apapun permintaan Ki Lintar selalu saya kabulkan. Memang, sejak itu Ki Lintar sering meminta uang kepada saya dengan berbagai alasan. Sejatinya uang itu tidak terkait dengan iuran perguruan. Namun, saya tidak bisa berkutik, meski saya sendiri bukanlah dari golongan orang berada yang memiliki banyak uang. Kedudukan saya sebagai murid membuat saya tidak kuasa menolak.

Suatu sore, saya ingin menguji kembali kekebalan yang saya peroleh. Sebongkah batu bata saya adu dengan kepala saya. “Aduuuh….” Saya menjerit. Kepala saya berdarah dengan luka-luka memar. Sementara batu bata itu tetap utuh. Tidak hancur atau terbelah.

Saya terkejut. Kemana gerangan ilmu itu, pikir saya. Saya semakin penasaran, dengan gemetar saya ambil sebuah silet dari dalam laci. Saya ingin membuktikan kembali kekebalan saya. Namun, sayatan silet itu meninggalkan luka di lengan. Goresan merah darah memanjang di lengan. Perih rasanya, saya masih beruntung, saat itu saya tidak menggoreskan silet dengan keras. Padahal wirid basmalah 3.000 kali tanpa putus selalu saya kerjakan di rumah. Sesajen kopi pahit, kopi manis, bubur merah bubur putih juga telah saya penuhi, tapi hasilnya di luar harapan.

Do’a Rasulullah untuk Kesembuhan Sakit



رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِيْ فِي السَّمَاءِ، تَقَدَّسَ اسْمُكَ. أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. كَمَا رَحْمَتُكَ فِي السَّمَاءِ، فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِي الْأَرْضِ. اغْفِرْ لَنَا حُوْبَنَا وَخَطَايَانَا. أَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِينَ، أَنْزِلْ رَحْمَةً مِنْ رَحْمَتِكَ، وَشِفَاءً مِنْ شِفَائِكَ عَلَى هَذَا الْوَجَعِ.

 

(Robbanalloohul ladzii fis samaa, taqodasasmuk. Amruka fis samaai wal ardh. Kamaa rohmatuka fis samaa’, faj’al rohmataka fil ardh. Ighfir lanaa huubanaa wa khothooyaanaa. Anta robbut thoyyibiin, anzil rohmatan min rohmatik, wa syifaa-an min syifaa-ika ‘alaa haadzal waja’)

 

“Wahai Tuhan kami, Allah yang berada di langit. Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu di langit dan di bumi. Sebagaimana rahmat-Mu ada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu di bumi juga. Ampunilah dosa dan kesalahan kami. Engkau Pemelihara orang-orang yang baik, maka turunkanlah sebagian dari rahmat-Mu, dan turnkanlah sebagaian dari kesembuhan-Mu atas penyakit ini”

 

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ –رضي الله عنه- قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُوْلُ: مَنِ اشْتَكَى مِنْكُمْ شَيْئًا، أَوِ اشْتَكَاهُ أَخٌ لَهُ، فَلْيَقُلْ: رَبَّنَا اللَّهُ الَّذِيْ فِي السَّمَاءِ، تَقَدَّسَ اسْمُكَ. أَمْرُكَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. كَمَا رَحْمَتُكَ فِي السَّمَاءِ، فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِي الْأَرْضِ. اغْفِرْ لَنَا حُوْبَنَا وَخَطَايَانَا. أَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِينَ، أَنْزِلْ رَحْمَةً مِنْ رَحْمَتِكَ، وَشِفَاءً مِنْ شِفَائِكَ عَلَى هَذَا الْوَجَعِ. فَيَبْرَأَ. (رواه أبو داود)

 

Abu Darda’ berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Apabila di antara kalian merasa sakit, atau didatangi saudaranya yang merasa sakit, maka berdo’alah; ‘Wahai Tuhan kami, Allah yang berada di langit. Maha Suci nama-Mu, urusan-Mu di langit dan di bumi. Sebagaimana rahmat-Mu ada di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu di bumi juga. Ampunilah dosa dan kesalahan kami. Engkau Pemelihara orang-orang yang baik, maka turunkanlah sebagian dari rahmat-Mu, dan turnkanlah sebagaian dari kesembuhan-Mu atas penyakit ini’, niscaya ia akan sembuh’.” (HR. Abu Daud, no. 3394). 

Mengobati dengan Bisikan-Bisikan Jin

Sulis dengan “kelebihannya” bisa mengobati orang dengan hanya sekedar menjalankan bisikan dalam hatinya atau bisa menebak pencuri dengan foto, hanya sebuah kasus. Tetapi kasus ini sebenarnya mewakili banyak orang di negeri ini.

Kemampuan yang dimiliki Sulis oleh kebanyakan masyarakat kita dimaknai sebagai anugerah dari tuhan, dianggap orang yang linuwih. Intinya, manusia pilihan yang dipilih dari sekian banyak manusia. Itulah sebabnya masyarakat kita merasa biasa saja mendatangi orang seperti Sulis untuk menyelesaikan masalahnya. Apalagi jika orang sedang panik, kehilangan benda berharga umpanya. Dengan tergopoh-gopoh, biasanya mencari orang pintar agar bisa mengetahui pencurinya dengan harapan barangnya bisa kembali. Atau orang yang sudah didera penyakit yang tak kunjung sembuh dengan berbagai obat kedokteran dan ramuan tradisional. Orang pintar seperti Sulis seringkali menjadi ujung dari pengharapan untuk sembuh.

Ternyata, kelebihan yang dimiliki Sulis berasal dari jin. Sehingga masalahnya menjadi sangat terang. Terang bagi siapa saja yang merasa bisa mengobati dengan bisikan-bisikan, bahwa itu usaha jin untuk menyesatkan manusia. Dan terang bagi mereka yang datang untuk meminta bantuan kepada orang seperti itu, karena meminta bantuan kepada jin adalah kesesatan.  

Tetapi banyak yang tidak tahu bahwa itu adalah bisikan jin. Yang lebih parah lagi kesesatan itu dianggap sebagai karamah. Ini juga yang dirasakan oleh Sulis. Pada awalnya, dia pun merasa bahwa semua kelebihan itu dianggap biasa. Kalaupun terjadi dialog dalam hatinya, dia masih memberikan peluang untuk masuknya kelebihan itu ke dalam bagian dari karamah.

Wajar, karena beda antara karamah dan kelebihan dari jin tipis saja. Keduanya sama-sama kelebihan. Kelebihan yang dimiliki bisa jadi sama persis. Tetapi ada ciri jelas untuk mengetahui apakah bisikan itu adalah jin atau karamah. Karamah tidak bisa diulang-ulang sesuai dengan kemauan dari pemiliknya. Karena karamah itu murni hadiah dari Allah. Jadi, kalau ada orang yang selalu bisa menolong dengan bisikannya kepada setiap orang yang datang maka itu adalah sihir. 

Tobatnya Sang Intelejen

 

Suraqah bin Malik Al-Madlaji

Suatu pagi di kota Makkah. Para pembesar Quraisy hampir serentak bangun dari tidurnya. Mereka bangun sambil marah-marah dan saling menyalahkan. Betapa tidak, Muhammad buronan mereka yang semalaman diintai dan diincar, lolos dari kepungan. Padahal mereka tinggal menunggu saat yang tepat untuk melakukan pembunuhan yang sudah terencana dengan sangat rapih.

Merekapun seperti kebakaran jenggot melihat gagalnya rencana besar mereka. Serta merta mereka mendatangi kediaman Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menjadi shahabat terdekat Muhammad, namun yang didapati hanya Asma’ putri Abu Bakar. Mendengar jawaban ketidaktahuan keberadaan Abu Bakar dan Muhamad, Asma pun mendapat tamparan keras dipipinya. Selanjutnya para kafir Quraisy ini sepakat melakukan pengejaran yang mereka yakini bahwa buronan mereka pasti belum jauh kaburnya.

Dengan pengalaman dan pengenalan medan yang sempurna mereka atur strategi pengejaran sehingga hampir dipastikan tidak ada tempat yang luput dari pencarian mereka. Dengan amarah yang sudah sampai ubun-ubun mereka pacu kuda-kuda mereka, tekad mereka bulat menangkap Muhammad hidup atau mati.

Ketika para pengejar ini tiba di sekitar Gua Tsur, mereka berhenti dan ingin memeriksa wilayah itu dengan seksama. Mereka yakin bahwa Muhammad tidak akan sampai lebih jauh dari wilayah ini. Mereka pun menyebar dan menyisir wilayah itu.

Sementara itu Muhammad bersama shahabat setianya tengah bersembunyi di dalam Gua Tsur. Tampak Muhammad dengan tenang istirahat tidur di pangkuan Abu Bakar karena kelelahan. sedangkan Abu Bakar tampak khawatir, kaki-kaki para pencari jejak tampak jelas lalu lalang di mulut gua. tidak terasa air matanya mengalir dan menetes jatuh di muka Rasulullah. Rasulullah pun terbangun dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Bakar?”.

“Demi Allah, bukannya saya khawatir akan jiwa saya. Namun bagaimana jika hal ini terjadi pada Anda. Seandainya mereka menengok di tempat kaki mereka berpijak niscaya mereka akan melihat kita.” jawab Abu Bakar.

“Jangan takut, wahai abu Bakar. Sesungguhnya Allah bersama kita.” kata Nabi menenangkan hati shahabatnya. Allah pun menenangkan hati Abu Bakar.

Adapun para pencari jejak merasa putus asa setelah sekian lama mencari namun hasilnya nihil. Abu Jahal yang turut dalam rombongan itu berkata,”Demi Lata dan Uzza, saya yakin Muhammad ada di sekitar kita dan mendengar suara kita, tapi sihir Muhammad menahan penglihatan kita.”

Mereka akhirnya kembali dengan tangan hampa. Namun usaha mereka tidak berhenti sampai di situ. Mereka mengumumkan semacam sayembara dengan hadiah seratus ekor unta betina bagi mereka yang berhasil menangkap Nabi Muhammad hidup atau mati.

Sehat Selalu Dengan Madu

 

Khasiat dan manfaat madu hampir diakui oleh semua pakar kesehatan baik ahli pengobatan timur maupun barat. Manfaat madu diakui bukan hanya sebagai zat penambah energi dan penjaga stamina tapi juga bisa sebagai obat berbagai macam penyakit.

Madu merupakan salah satu produk yang dihasilkan lebah selain royal jelly, pollen, dam malam (lilin). Walaupun tingkat khasiatnya di bawah royal jelly namun khasiatnya tidak kalah besar. Dalam kitab At-Tibb An-Nabawi (Pengobatan cara Nabi) disebutkan bahwa madu juga sangat direkomendasikan oleh Rasulullah sebagai obat berbagai penyakit dan sebagai penambah stamina tubuh.

Para ahli meneliti bahwa selain khasiat madu secara umum, secara spesifik madu mempunyai khasiat berbeda sesuai dengan nektar masing-masing lebah. Nektar adalah jenis bunga yang menjadi makanan bagi lebah.

Jenis bunga yang biasanya menjadi nektar lebah antara lain: bunga kapuk randu, bunga karet, bunga kopi, bunga klengkeng, bunga durian, bunga rambutan, apel, mangga, jambu air, kaliandra, mahoni, dan lain-lain.

Dalam AlQuran Allah SWT juga menyebutkan bahwa apa yang dihasilkan oleh An-Nahl (Lebah) ini merupakan obat. Keistimewaan lebah penghasil madu ini sendiri merupakan pelajaran dan hikmah besar bagi mereka yang mau berpikir. Cara kehidupannnya yang unik dan makanannya selalu dari yang baik-baik dan berkualitas menjadikan apa yang dikeluarkan dari perutnya pun mempunyai khasiat yang tinggi.

Lebah adalah serangga mungil yang tidak mampu berpikir. Akan tetapi mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah. Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan terencana dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh tanpa kesalahan sedikitpun.

Kesulitan terbesar dalam pengorganisasian sekelompok orang untuk bekerja secara bersama adalah penyiapan jadwal kerja serta pembagian tugas dan tanggung jawab. Dalam sebuah pabrik, misalnya, terdapat struktur jabatan yang rapi di mana para pekerja melapor pada mandor, para mandor melapor pada insinyur, para insinyur melapor pada manajer pelaksana dan para manajer pelaksana melapor pada manajer umum.

Agar Terhindar dari Bahaya Kelaparan


Doa Matsur 


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الصَّمَمِ وَالْبُكْمِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ مَوْتِ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ،  وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ مَوْتِ الْهَدَمِ، وَأُعُوْذُ بِكَ مِنْ مَوْتِ الْجُوْعِ فَإِنَّهُ بِئْسَ اْلفَجِيْعِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخِيَانَةِ فَإِنهَّاَ بِئْسَتِ اْلبِطَانَةِ


(Alloohumma innii a’uudzubika minas shomami wal bukmi. Wa a’uudzubika min mautil maktsami wal maghrom. Wa a’uudzubika min mautil hadam. Wa a’uudzubika min mautil juu’i fainnahu biksal fajii’. Wa a’uudzubika minal khiyaanati fainnahaa biksatil bithoonah.)

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlendung kepada-Mu dari kebutaan dan ketulian. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kematian yang penuh dosa dan hutang. Dan aku berlindung kepada-Mu dari mati akibat reruntuhan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena kelaparan, karena itu adalah seburu-buruk bencana. Dan aku berlidung kepada-Mu dari pengkhianatan, karena itu adalah seburuk-buruk teman.”


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه- قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ الله -صلى الله عليه وسلم- يَدْعُوْ: اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الصَّمَمِ وَالْبُكْمِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ مَوْتِ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ،  وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ مَوْتِ الْهَدَمِ، وَأُعُوْذُ بِكَ مِنْ مَوْتِ الْجُوْعِ فَإِنَّهُ بِئْسَ اْلفَجِيْعِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخِيَانَةِ فَإِنهَّاَ بِئْسَتِ اْلبِطَانَةِ. (رواه الهيثمي)

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah pernah berdo’a: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlendung kepada-Mu dari kebutaan dan ketulian. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kematian yang penuh dosa dan hutang. Dan aku berlindung kepada-Mu dari mati akibat reruntuhan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari mati karena kelaparan, karena itu adalah seburu-buruk bencana. Dan aku berlidung kepada-Mu dari pengkhianatan, karena itu adalah seburuk-buruk teman.” (HR. al-Haitsami dalam Kitab az-Zawaid: 2/ 959).

INFO PENTING